Minggu, 30 Mei 2010

Non-Cash Reward, Strategi Kompensasi di Masa Krisis

Di masa krisis, perusahaan tetap harus mempunyai strategi mempertahankan karyawan terbaik. Fokus pada penghargaan yang tidak berbentuk cash (non-cash reward) dinilai merupakan strategi kompensasi terbaik.
"Cash itu baik, sebab cash itu fleksibel dan memungkinkan seseorang mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tetapi, cash tidak mengikat," kata Human Resource Director Cadbury untuk wilayah South East Asia Robert Chew.

Menurut Robert, hal-hal yang mengikat karyawan ("sticky") adalah hal-hal yang bersifat non-cash. Penghargaan non-cash adalah hal-hal yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan emosional karyawan dan menciptakan kesan yang mendalam. Penghargaan seperti itu akan menjadi kenangan seumur hidup dan juga akan dipamerkan dengan bangga oleh karyawan.
Dicontohkan, seorang karyawan tidak akan membanggakan rekening tabungannya, tetapi akan lebih membanggakan trofi atau penghargaan yang pernah diterima atas kinerjanya.
Lebih lanjut Robert menjelaskan mengenai Employment Value Proposition (EVP), yaitu hal-hal yang dipersepsikan sebagai nilai yang didapatkan oleh seorang karyawan dari sebuah perusahaan.
"Apabila pada 1980-an karyawan dianggap cost oleh perusahaan, maka pada 1990-an karyawan adalah aset, dan pada era 2000-an karyawan adalah investor dalam sebuah organisasi. Bagaikan seorang investor yang membeli saham, karyawan menilai apakah perusahaan ini memberikan value untuk dia, karena bergabung dengan perusahaan adalah investasi dalam hidupnya," jelas dia.
EVP yang menjadi pertimbangan karyawan yang mau menginvestasikan waktu dan skill-nya itu terdiri dari lima dimensi, yaitu: reward yang langsung terlihat, terdiri dari kompensasi dan benefit; kesempatan yang diperoleh karyawan seperti kesempatan pengembangan; sifat pekerjaan itu sendiri, apakah cocok dengan minat karyawan; karakteristik organisasi, seperti ukuran perusahaan dan posisi pasar; dan karakteristik orang-orang dalam perusahaan, yaitu kualitas para manajer.

Cost-Saving
Sejalan dengan Robert, Direktur Intellectual Business Community Bayu Prawira Hie memberikan saran dua strategi compensation&benefit yang bersifat "cost-saving", yang cocok untuk meretensi karyawan kerah putih (knowledge worker) di Asia. Kedua strategi itu adalah dengan menerapkan konsep Learning Organization dan Talent on Demand.
Berbeda dengan di benua lain, kesempatan belajar dan berkembang dipandang sebagai faktor paling penting yang menarik karyawan kerah putih di Asia. Karena itu, program pengembangan untuk karyawan sangat penting diberikan oleh perusahaan. Menurut Bayu, perusahaan sering mengeluarkan banyak biaya untuk training, namun tidak mendapatkan hasil yang efektif.
"Sebagian besar training itu tidak efektif, terutama soft skills training. Sebab, biasanya diberikan oleh trainer dari luar, yang sering memberikan hal yang normatif, ideal dan tidak ada koneksinya dengan buttom line bisnis," jelas Bayu.
Konsep Learning Organization yang diusulkan Bayu mengandalkan sumber daya dari dalam, bukan dari luar. Dengan sebuah sistem knowledge management yang baik, dapat terjadi cross-learning antar karyawan. Suasana pembelajaran yang kondusif adalah faktor yang sangat mengikat bagi seorang karyawan di era pengetahuan ini. Suasana seperti itu juga mendorong munculnya inisiatif-inisiatif dari karyawan.
Sedangkan konsep Talent on Demand yang dimaksud mirip dengan prinsip "Just in Time" di bidang logistik. Karena lanskap bisnis terus berubah dan sulit diprediksi, maka sebaiknya perusahaan memberikan program pengembangan karyawan secara selektif. Hanya karyawan high potential saja yang mendapat fokus program pengembangan, sementara yang lain cukup diberikan program-program pelatihan skill yang bersifat jangka pendek.

Dengan begitu, perusahaan tidak perlu membuang banyak biaya mengembangkan karyawan yang tidak potensial, menghindari over-training dan juga training yang tidak efektif.?

sumber portalhr.com

Selasa, 25 Mei 2010

Sharing antar karyawan

Di unit kami Instructional Development Center, setiap 2 minggu sekali ada sharing knowledge antar karyawan. Biasanya teman-teman yang ikut pelatihan, akan mensharekan materi dan pengetahuannya selama mereka mengikuti pelatihan. Dan juga kami semua dapat berdiskusi mengenai pelatihan tersebut atau berdiskusi bagaimana penerapan ilmu yang didapat agar dapat diterapkan di unit kerja kita. Sayang, sharing ini hanya sharing yang sifatnya seperti kita rapat, belum adanya repository dari hasil sharing tersebut. Mungkin kedepannya ada media untuk menampung semua materi dan hasil diskusi kita menjadi sesuatu knowledge yang apabila kita butuhkan dapat kita akses disuatu tempat yang memang semua teman dapat mengaksesnya.
Ok guys... itu saja info dari saya, semoga bermanfaat atau ada yang ingin memberi saran .. silahkan tulis komentarnya....:)

Senin, 17 Mei 2010

Manfaat Outbound

Hari minggu, saya mengantar anak saya yang berumur 4 tahun ke taman rekreasi yang ada di Cibubur dan ditaman tersebut ada fasilitas outboundnya. Orang tua diminta untuk tetap menunggu di saung-saung dan anak-anaknya di dampingin ibu guru dan petugasnya melakukan outbound. Dari kejauhan saya perhatikan anak saya, dia harus menaiki tangga, menyebrangi jembatan yang terbuat dari tambang dan terakhir harus meluncur di ketinggian 6 meter. Saya sempat kawatir dan takut sekali...apa anak saya mampu melakukannya dan apakah punya keberanian......

Pada saat sudah menaiki tangga dan siap menyebrangi tali, anak saya tidak berani.. balik lagi kepos pertama... tapi dengan semangat dan terikan dari teman-teman dan guru-gurunya, akhirnya,,, keberaniannya muncul lagi.. dan akhirnya melewati pos ke dua. Dan kemudian meluncur berdua temannya dengan diikat tali... wowww. sungguh menakjubkan....

Dari outbound yang diikuti, sangat berguna sekali.. karena anak saya mendapat pengalaman dan pengetahuan baru yang belum pernah didapatkan didalam sekolah...., teamwork dan pengalamannya yang dia rasakan pada saat outbound sehingga dia bisa bercerita kepada teman-temannya... bagaimana rasanya menaiki tangga, berjalan diatas tali dan meluncur diketinggian...
Secara tidak sadar... sharing knowledge sudah dilakukan anak saya kepada teman-temannya......

Itu saja pengalaman yang dapat saya ceritakan, semoga bermanfaat bagi yang membacanya...

Manfaat knowledge management dalam kehidupan sehari-hari

Manfaat Knowledge Management


Dulu kita sangat mengenal yellow pages, sebuah buku informasi telepon, rumah sakit, sekolah-sekolah, pemadam kebakaran, aneka usaha ada didalam buku tersebut sebagai mempermudah mencari kebutuhan yang kita cari, dengan berjalannya waktu ada yang namanya wiki, blog’s, dan sebagainya.

Manfaat dari knowledge itu sendiri ditambah dengan keberadaan teknologi adalah
- Dapat memberikan informasi secara benar kepada orang yang tepat.
- Dapat mengembalikan intelegensi dan pengalaman manusia
- Dapat mendistribusikan inlegensi manusia.

Dari manfaat tersebut maka diperlukan adanya teknologi sebagai penunjang dari knowledge managment yang digunakan untuk distribusi, terstruktur.

Knowledge Management Untuk Personal
Dalam contoh yang telah diuraikan manfaat knowledge management didalam kehidupan sehari-hari bagi individu antara lain :
- Menjalin ikatan antara komunitas dengan organisasi
- Membantu setiap orang untuk tetap tahu informasi secara cepat, akurat.
- Membantu orang yang tidak tahu menjadi tahu dalam pengerjaan tugas.

Banyak sekali manfaat yang diperoleh setiap orang dengan pemanfaatan knowledge management, saya mengambil contoh ada seseorang yang setiap bertemu dengan orang baru yang memberikan kartu nama kepadanya maka di belakang kartu namanya yang berhubungan langsung dengan perusahaan dia memberikan huruf ”A” , jika orang baru tersebut sedikit nyambung dengan kerja dia maka dia memberikan huruf ”B” , jika tidak ada hubungannya sama sekali dengan pekerjaannya maka dia memberikan huruf ”C”. Pada saat pimpinannya memanggilnya untuk menanyakan relasi perusahaannya maka dia mengeluarkan kartu nama dengan huruf ”A” , pada saat teman kantornya ingin menanyakan relasi baru maka dia mengeluarkan kartu nama yang bertuliskan ”B”, sedangkan pada saat dia ingin membeli buku maka dia mengeluarkan kartu nama berhuruf ”C”.

Dengan pengaturan seperti itu knowledge kita makin lama makin berkembang, dengan pelajaran-pelajaran kecil maka mind-set pola pikir kita akan mempengaruhi keseharian kita. Cara seperti ini akan dituliskan didalam sebuah agenda kecil yang suatu saat orang lain ingin membacanya maka kita dapat membuka agenda tersebut sebgai refrensi kita.

Teknologi dan Knowledge Management

Teknologi didalam knowledge berfungsi sebagai fasilitas komunikasi, kolaborasi serta memanajemen konten yang berguna sebagai media pengumpulan, pengolahan, berbagi, peyebaran hingga lebih baik.
Dengan pengelolaan dan pemanfaatan teknologi yang baik maka penyebaran atau pendistribusian knowledge akan berlangsung secara cepat. Seperti penggunaan sistem lotus note, saya mengambil contoh penggunaan Binusmaya yang menurut cerita salah satu dosen saya pertama kali penggunaan Binusmaya tersebut mengalami pro dan kontra ada sebagian besar dosen yang merasa perlu dengan ditingkatkannya akses kepada dosen dan mahasiswa kedepannya dengan penggunaan Binusmaya adapula sebagian dosen dan mahasiswa yang merasa nyaman dengan sistem yang sudah ada sebelumnya sehingga merasa tidak perlu dibuatnya Binusmaya, Binusmaya sendiri sebagai salah satu pusat informasi bagi dosen dan mahasiswa saat sekarang ini memegang peranan penting didalam perkuliahan sehari-hari.

Knowledge Management dengan teknologi yang mendukungnya antara lain:
- Web Content management System (CMS)
- Electronic Document and Record Management System (EDRMS)
- Kolaborasi tools
- Search engine
- Klasifikasi tools
- Portal

Dalam bukunya ”Tha Third Wave” Alvin Toffler menyatakan bahwa dalam home-cencerted society digambarkan bahwa majunya teknologi informasi akan membuat orang cenderung berada didalam rumah untuk melakukan aktivitasnya. Karena apapun bisa dilakukan disebuah kamar hanya dengan mengggunakan seperangkat tekhnologi, bisa mendapatkan pengetahuan atau knowledge dari balik layar monitor atau dari media elektronik, ada positif dan negatifnya dalam pemanfaatan teknologi. Penggunaan teknologi untuk mendapatkan pengetahuan memang tidak ada salahnya dan akan memberikan efek baik terhadap diri kita, akan tetapi kemampuan komunikasi dan interaksi tidak bisa didapatkan hanya dari dunia teknologi, perlu ada pengamatan social kepada lingkungan kita.

Rabu, 28 April 2010

MEMAHAMI KNOWLEDGE SPIRAL ALIAS SECI

Legenda knowledge management tentu tidak bisa kita lepaskan dari Ikujiro Nonaka dengan bukunya The Knowledge-Creating Company. Nonaka menceritakan bagaimana success story Matsushita Electric pada tahun 1985 ketika mengembangkan mesin pembuat roti.


Konon pada era tahun 1985, Matsushita Electric menemui kesulitan besar dalam produksi mesin pembuat roti. Mereka selalu gagal dalam percobaan yang dilakukan. Kulit luar roti yang sudah gosong padahal dalamnya masih mentah, pengaturan volume dan suhu yang tidak terformulasi, adalah pemandangan sehari-hari dari percobaan yang dilakukan. Adalah seorang pengembang software matsushita electric bernama Ikuko Tanaka yang akhirnya mempunyai ide cemerlang untuk pergi magang langsung ke pembuat roti ternama di Osaka International Hotel. Dia dibimbing langsung oleh sang pembuat roti ternama tersebut untuk belajar bagaimana mengembangkan adonan dan teknik khusus lainnya.

Selesai magang dia presentasikan seluruh pengalaman yang didapat. Pada engineer Matsushita Electric menerjemahkannya dengan penambahan part khusus dan melakukan perbaikan lain pada mesin. Percobaan yang dilakukan akhirnya sukses. Dan produk mesin pembuat roti tersebut akhirnya memecahkan rekor penjualan alat perlengkapan dapur terbesar pada tahun pertama pemasaran.

Ikujiro Nonaka membuat formulasi yang terkenal dengan sebutan SECI atau Knowledge Spiral. Konsepnya bahwa dalam siklus perjalanan kehidupan kita, pengetahuan itu mengalami proses yang kalau digambarkan berbentuk spiral, proses itu disebut dengan Socialization – Externalization – Combination – Internalization.

1. Proses eksternalisasi (externalization), yaitu mengubah tacit knowledge yang kita miliki menjadi explicit knowledge. Bisa dengan menuliskan know-how dan pengalaman yang kita dapatkan dalam bentuk tulisan artikel atau bahkan buku apabila perlu. Dan tulisan-tulisan tersebut akan sangat bermanfaat bagi orang lain yang sedang memerlukannya.

2. Proses kombinasi (combination), yaitu memanfaatkan explicit knowledge yang ada untuk kita implementasikan menjadi explicit knowledge lain. Proses ini sangat berguna untuk meningkatkan skill dan produktifitas diri sendiri. Kita bisa menghubungkan dan mengkombinasikan explicit knowledge yang ada menjadi explicit knowledge baru yang lebih bermanfaat.

3. Proses internalisasi (internalization), yakni mengubah explicit knowledge sebagai inspirasi datangnya tacit knowledge. Dari keempat proses yang ada, mungkin hanya inilah yang telah kita lakukan. Bahasa lainnya adalah learning by doing. Dengan referensi dari manual dan buku yang ada, saya mulai bekerja, dan saya menemukan pengalaman baru, pemahaman baru dan know-how baru yang mungkin tidak saya dapatkan dari buku tersebut.

4. Proses sosialisasi (socialization), yakni mengubah tacit knowledge ke tacit knowledge lain. Ini adalah hal yang juga terkadang sering kita lupakan. Kita tidak manfaatkan keberadaan kita pada suatu pekerjaan untuk belajar dari orang lain, yang mungkin lebih berpengalaman. Proses ini membuat pengetahuan kita terasah dan juga penting untuk peningkatan diri sendiri. Yang tentu saja ini nanti akan berputar pada proses pertama yaitu eksternalisasi. Semakin sukses kita menjalani proses perolehan tacit knowledge baru, semakin banyak explicit knowledge yang berhasil kita produksi pada proses eksternalisasi.

Berbagi Bersana

Seringkali ada berbagai asumsi yang salah tentang knowledge management (manajemen pengetahuan). Tiga di antara asumsi itu adalah (1) jika infrastruktur teknologi sudah dibangun, maka orang akan dengan senang hati berbagi pengetahuan antar sesama, (2) teknologi informasi dapat menggantikan kekuatan percakapan langsung dan memperlancar pertukaran pengetahuan, (3) sebuah organisasi harus terlebih dahulu membangun infrastruktur teknologi dan kultur belajar sebelum bisa belajar. Ketiga asumsi itu seringkali mengabaikan kenyataan bahwa manajemen pengetahuan sesungguhnya berawal dan berdasarkan pada satu kata, yaitu berbagi-bersama (share) yang secara kasarnya dapat didefinisikan sebagai: “melepaskan sebagian yang kita miliki sebagai wujud dari maksud-baik pribadi, sambil percaya bahwa jika apa yang kita miliki juga dimiliki orang lain maka terciptalah kebaikan bersama”


Berbagi-bersama adalah tindakan yang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan! Apalagi jika menyangkut pengetahuan, dan apalagi jika kita sadar bahwa di dalam rganisasi apa pun akan terjadi power play yang dikaitkan dengan prinsip “knowledge is power“. Berbagi-bersama pengetahuan di dalam sebuah organisasi akhirnya seringkali menjadi impian, sebab kita sering pula berharap terlalu banyak dan terlalu tinggi. Kita berharap semua pengetahuan akan dipakai-bersama, dan semua orang dengan rela akan berbagi pengetahuan antar-sesama. Padahal, mungkin hanya orang yang benar-benar suci-murah-hati lah yang dapat melakukan itu. Sementara, sebagian besar dari kita adalah orang-orang yang enggan berbagi pengetahuan.

Agar lebih realistis dan pragmatis, seringkali kita harus membatasi harapan tentang berbagi-bersama. Tidak seluruh pengetahuan dengan sertamerta dibagi-bersama. Pengetahuan yang paling sering dibagi-bersama adalah pengetahuan-praktis (know how) sebuah organisasi, bukan pengetahuan-teoritis (know what). Pengetahuan praktis berkaitan langsung dengan kemampuan kompetitif sebuah organisasi (competitive edge). Berbagi-bersama pengetahuan-praktis ini akan sangat berguna jika dilakukan dalam konteks kegiatan bersama (team work). Sangatlah penting bagi sebuah organisasi untuk membedakan, mana pengetahuan pribadi dan mana pengetahuan kolektif yang diperlukan untuk kepentingan bersama.

Secara umum, ada 5 jenis kegiatan berbagi-pengetahuan, yaitu:

- Di dalam satu kelompok untuk pekerjaan rutin yang serupa dan terus menerus,

- Antar dua atau lebih kelompok yang berbeda tetapi melakukan pekerjaan yang hampir sama,

- Antar dua atau lebih kelompok, tetapi yang dibagi-bersama adalah pengetahuan tentang pekerjaan non-rutin,

- Antar organisasi dalam rangka kelangsungan hidup bersama,

- Dari luar kelompok, ketika kelompok tersebut menghadapi persoalan yang belum pernah mereka hadapi sebelumnya.

Kegiatan berbagi-bersama jenis pertama dan kedua lebih sering terjadi daripada tiga jenis yang lainnya. Di dalam pekerjaan-pekerjaan berkelompok, secara alamiah sering terjadi pertukaran dan pemakaian pengetahuan secara bersama-sama untuk mengatasi masalah sehari-hari yang timbul dari kegiatan rutin. Misalnya, jika sebuah organisasi bergerak dalam bidang ekspor-impor, maka masalah prosedural kepabeanan adalah masalah rutin yang penyelesaiannya memerlukan pengetahuan bersama di atara orang-orang yang mengurusnya.

Kegiatan jenis ketiga biasanya terjadi ketika sebuah organisasi harus melakukan perubahan tata-kerja atau strategi, sedemikian rupa sehingga perlu koordinasi dan re-aliansi. Pertukaran dan pemakaian pengetahuan secara bersama oleh dua kelompok yang berbeda tabiat akan lebih sulit terjadi, terutama kalau kita sadar bahwa di dalam sebuah organisasi sering terdapat berbagai sub-organisasi yang saling bersaing. Misalnya, ketika sebuah universitas sedang berupaya mengubah diri menjadi lebih berorientasi profit, maka koordinasi dan re-aliansi antar unit di dalam universitas itu akan menimbulkan keharusan untuk baku-tukar (saling bertukar) pengetahuan. Ini akan sulit terjadi, jika masing-masing unit sedang bermanuver untuk menjadi dominan di dalam universitas tersebut.

Kegiatan berbagi-bersama jenis keempat mungkin hanya ada jika sekelompok organisasi yang berbeda memiliki “musuh bersama”. Dalam rangka mempertahankan eksistensi, seringkali mereka “terpaksa” harus berbagi-bersama. Namun tidaklah mungkin ada organisasi yang akan dengan senang hati berbagi pengetahuan jika hasil akhirnya adalah organisasi itu dipecundangi oleh organisasi lainnya. Lebih mungkin yang terjadi adalah kegiatan jenis kelima, yaitu ketika sebuah organisasi menghadapi persoalan yang tidak pernah dihadapi sebelumnya, lalu memanggil seseorang dari luar organisasi untuk berbagi pengetahuan.

Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang selama ini dilakukan oleh berbagai organisasi besar maupun kecil telah mencerminkan kelima jenis transfer di atas. Namun, sebagian besar dari mereka tidak secara sungguh-sungguh menjadikan kegiatan tersebut sebagai bagian dari strategi pengembangan perusahaan. Lebih memrihatinkan lagi, ketiadaan pengaturan dan perhatian terhadap transfer pengetahuan di dalam maupun antar kelompok, banyak organisasi yang melupakan aspek penggabungan (combination) pengetahuan yang juga amat penting dalam perkembangan kemampuan intelektual kelompok kerja.

Knowledge Management

Dari bahasanya bisa disimpulkan Knowledge management adalah manajemen pengetahuan dimana sebuah organisasi mengelola asset-asset yang ada dengan pengetahuan-pengetahuan yang ada. Kebanyakan perusahaan saat sekarang ini banyak yang mengeksploitasi intangible asset yang mereka miliki menjadikan lebih menguntungkan ketimbang berinvestasi dan mengelola asset fisik. Pengelolaan informasi yang akurat, cepat dan rapi membuat sarana knowledge center pada perusaahaan sangat diperlukan untuk bersaing dengan pesaing-pesaing yang ada, sebagai pusat informasi yang dibutuhkan bagi pelanggannya, dan juga menampung semua bentuk pengetahuan.


Untuk pengertiannya sendiri manajemen pengetahuan adalah perencanaan, pengumpulan, pengolahan dan pemrosesan data-data informasi yang ada dan di satu kan dalam bentuk sebuah kesatuan yang dipusatkan sehingga bisa digunakan oleh setiap orang yang ingin menggunakannya. Karena didalam era informasi sekarang ini pengetahuan merupakan sebuah asset strategis, jika dikelola dengan baik akan meningkatkan performa perusahaan. Aset pengetahuan mencakup :



- Aset struktural

- Merek

- Hubungan dengan pelanggan

- Hak Paten

- Proses operasi





- Aset manusia yang mencakup :

• Pengalaman pegawai

• Ide pegawai

• Hubungan personal

• Keterampilan pegawai (http://ilmukomputer.com)